Sang Pemberi Kesan
Cuaca sore yang sendu. Hujan turun mengurungku disini,
diteras depan rumahku, duduk termenung membuatku mengingat seorang yang ingin
ku lupakan. Kenangan itu begitu indah, hingga aku tak kuasa tuk lupakannya. Oh,
kenapa dia sih yang muncul di pikiranku !! .. Kenapa juga dia memberikan itu
semua disaat terakhir .. uhh
Setidaknya membayangkan saat-saat itu mungkin lebih baik
daripada hanya menyesalinya.
Lamunanku melayang ke waktu dimana aku dan dia bercengkerama
sehari sebelum Ujian Nasional, belajar bersama dan tertawa bersama, dialah yang
selalu membuatku tersenyum saat aku marah, sebel, sedih. Sorot matanya selalu
bisa menenangkan aku .. Tiba-tiba sebuah suara membuyarkan lamunanku “Nin..!” suara
seorang menyebut namaku dan tepat berdiri di depan teras rumahku. “Rama?
Ngapain kamu hujan-hujanan? Masuk sini, nanti ka..” belum selesai aku bicara.
“Tidak, sebelum kau menjawab pertanyaanku” selanya. “Apa? Pertanyaan apa?
Bisakah kau kecilkan suaramu, nanti ibuku dengar”. Pintaku. “kalau begitu ayo
ikut aku” paksanya. “tidak bisa!” mendengar ucapanku dia hanya diam, aku tau
dia kecewa, tapi apa yang membuatnya seperti ini. Dia bukan Rama yang ku kenal
biasanya, kenapa dia berubah, kenapa dia terlihat marah, apa salahku.
Kami berdua hanya terdiam, sibuk dengan pikiran kami
masing-masing. Tanpa kusadari Rama telah mendekatiku dan meraih tanganku,
serambi berkata “Ikutlah denganku sebentar, aku takkan menyakitimu”. Akupun
berdiri dan ikut berjalan disampingnya, tanpa payung, basah kuyup dibawah air
hujan.