KEBUTUHAN DAN TUGAS-TUGAS
PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A.
Pengertian Peserta
Didik
Definisi peserta didik esensinya
adalah setiap peserta didik yang berusaha mengembangkan potensi pada jalur
pendidikan formal dan nonformal menurut jenjang dan jenisnya.Terdapat banyak
sebutan yang berkaitan dengan “peserta didik” ini, sesuai dengan konteksnya.Misalnya
sebutan siswa, pelajar, atau murid popular untuk mereka yang belajar di sekolah
menengah kebawah.Sebutan “warga belajar” untuk mereka yang belajar di
lembaga.Santri adalah istilah bagi siswa pada jalur pendidikan
pesantren.Sebutan mahasiswa untuk mereka yang belajar di perguruan tinggi.Apa
pun sebutannya, ada hal-hal yang esensial mengenai hakikat peserta didik.
1.
Peserta didik merupakan manusia
yang memiliki diferensiasi potensi dasar kognitif atau intelektual, afektif dan
psikomotorik.
2.
Peserta didik merupakan manusia
yang memiliki diferensiasi priodesasi perkembangan dan pertumbuhan, meski
memiliki pola yang relatif sama.
3.
Peserta didik meiliki imajinasi,
persepsi, dan dunianya sendiri, bukan sekadar miniatur orang dewasa.
4.
Peserta didik merupakan manusia
yang memiliki diferensiasi kebutuhan yang harus dipenuhi, baik jasmani maupun
rohani, meski dalam hal-hal tertentu banyak kesamaannya.
5.
Peserta didik merupakan manusia
bertanggungjawab bagi proses belajar pribadi dan menjadi pembelajar sejati, sesuai
dengan wawasan pedidikan sepanjang hayat.
6.
Peserta didik memiliki daya
adaptabilitas didalam kelompok sekaligus mengembangkan dimensi
individualitasnya sebagai insane yang unik.
7.
Peserta didik memerlukan pembinaan
dan pengembangan secara individual dan kelompok, serta mengharapkan perlakuan
yang manusiawi dari orang dewasa, termasuk gurunya.
8.
Peserta didik merupakan insane yang
visioner dan proaktif dalam menghadapi lingkungannya.
9.
Peserta didik sejatinya berperilaku
baik dan lingkunganlah yang paling dominan untuk membuatnya lebih baik lagi
atau menjadi lebih buruk.
10. Peserta
didik merupakan makhluk Tuhan yang meski memiliki aneka keunggulan, namun tidak
akan mungkin bisa berbuat atau dipaksa melakukan sesuatu melebihi kapasitasnya.
B.
Kebutuhan Peserta
Didik
Menurut
Sudarwan Danim (2011), peserta didik merupakan insan yang memiliki aneka
kebutuhan. Kebutuhan it uterus tumbuh dan berkembang sesuai dengan sifat dan
karakteristiknya sebagai manusia.Segala upaya pendidikan dan perilaku
pendewasaan harus terfokus pada pemenuhan kebutuhan peserta didik tersebut.
Asosiasi Nasional Sekolah Menengah (National Association of High School)
Amerika Serikat (1995) mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan peserta didik
dilihat dari dimensi pengembangannya, yaitu seperti berikut ini:
1.
Kebutuhan intelektual, dimana
peserta didik memiliki rasa ingin tahu, termotivasi untuk mencapai prestasi
saat ditantang dan mampu berpikir untuk memecahkan masalah-masalah yang
kompleks.
2.
Kebutuhan sosial, dimana peserta
didik mempunyai harapan yang kuat untuk memiliki dan dapat diterima oleh
rekan-rekan mereka sambil mencari tempatnya sendiri di dunianya. Mereka
terlibat dalam membentuk dan mempertanyakan identitas mereka sendiri pada
berbagai tingkatan.
3.
Kebutuhan fisik, dimana peserta
didik “jatuh tempo” perkembangan pada tingkat yang berbeda dan mengalami
pertumbuhan yang cepat dan tidak beraturan. Pertumbuhan dan perubahan fisik
atau tubuh menyebabkan gerakan mereka adakalanya menjadi canggung dan tidak
terkoordinasi.
4.
Kebutuhan emosional dan psikologis,
dimana peserta didik rentan dan sadar diri, dan sering mengalami “mood
swings” yang tidak terduga.
5.
Kebutuhan moral, dimana peserta
didik idealis dan ingin memiliki kemauan kuat untuk membuat dunia dirinya dan
dunia diluar dirinya menjadi tempat yang lebih baik.
6.
Kebutuhan homodivinous, dimana
peserta didik mengakui sirinya sebagai makhluk yang berketuhanan atau makhluk
homoriligius alias insane yang beragama.
Esensinya tidak ada peserta didik
di muka bumi ini benar-benar sama. Hal ini bermakna bahwa masing-masing peserta
didik memiliki karakteristik tersendiri.Karakteristik peserta didik adalah
totalitas kemampuan dan perilaku yang ada pada pribadi mereka sebagai hasil
dari interaksi antara pembawaan dengan lingkungan sosialnya, sehingga
menentukan pola aktivitasnya dalam mewujudkan harapan dan meraih cita-cita.Karena
itu, upaya memahami perkembangan peserta didik harus dikaitkan atau disesuaikan
dengan karakteristik siswa itu sendiri.Utamanya, pemahaman peserta didik
bersifat individual, meski pemahaman atas karakteristik dominan mereka ketika
berada didalam kelompok juga menjadi penting. Ada empat hal dominan dari
karakteristik siswa:
1.
Kemampuan dasar, misalnya kemampuan
kognitif atau intelektual, afektif, dan psikomotor.
2.
Latar belakang kultural local, status
sosial, status ekonomi, agama, dan sebagainya,
3.
Perbedaan-perbedaan kepribadian
seperti sikap, perasaan, minat, dan lain-lain.
4.
Cita-cita, pandangan ke depan,
keyakinan diri, daya tahan, dan lain-lain.
C.
Tugas
Perkembangan Peserta Didik
Menurut Sudarwan Danim (2011),
tugas-tugas perkembangan berkenaan dengan sikap, perilaku dan keterampilan
idealnyaharus dikuasai dan diselesaikan sesuai dengan fase usia
perkembangannya. Tugas-tugas perkembangan individu bersumber pada faktor-faktor
kematangan fisik, tuntutan kultural kemasyarakatan, cita-cita, dan norma-norma
agama.Dibawah ini dikemukakan Havighurst (1948) mengenai tugas-tugas
perkembangan. Selanjutnya, dikemukakan juga tugas-tugas perkembangan peserta
didik usia sekolah. Materinya dikembangkan dari berbagai sumber:
1.
Masa bayi dan kanak-kanak awal (0-6
tahun):
·
Belajar berjalan pada usia 9-15
bulan.
·
Belajar memakan makanan padat.
·
Belajar berbicara.
·
Belajar buang air kecil dan buang
air besar.
·
Belajar mengenal perbadaan jenis
kelamin.
·
Mencapai kestabilan jasmaniah
fisiologis.
·
Membentuk komsep-konsep sederhana
kenyataan sosial dan alam.
·
Belajar mengadakan hubungan
emosional dengan orang tua, saudara, dan orang lain.
·
Belajar mengadakan hubungan baik
dan buruk dan pengembangan kata hati.
2.
Masa kanak-kanak akhir dan anak
sekolah (6-12, usia SD/sederajat):
·
Belajar membentuk sikap yang sehat
terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk biologis.
·
Belajar bergaul dengan teman
sebaya.
·
Belajar memainkan peranan sesuai
dengan jenis kelaminnya.
·
Belajar keterampilan dasar dalam
membaca, menulis, dan berhitung.
·
Belajar mengembangkan konsep-konsep
sehari-hari.
·
Mengembangkan kata hati.
·
Belajar memperoleh kebebasan yang
bersifat pribadi.
·
Mengembangkan sikap yang positif
terhadap kelompok sosial.
3.
Masa remaja (12-21):
·
Mencapai hubungan yang lebih matang
dengan teman sebaya.
·
Mencapai peran sosial sebagai pria
atau wanita.
·
Menerima keadaan fisik dan
menggunakannya secara efektif.
·
Mencapai kemandirian emosional dari
orang tua dan orang dewasa lainnya.
·
Mencapai jaminan kemandirian
ekonomi.
·
Memilih dan mempersiapkan karier.
·
Mempersiapkan pernikahan dan hidup
berkeluarga.
·
Mengembangkan keterampila
intelektual dan konsep-konsep yang diperlukan bagi warga Negara.
·
Mencapai perilaku yang
bertanggungjawab secara sosial.
·
Memperoleh seperangkat nilai sistem
etika sebagai petunjuk/pembimbing dalam berperilaku.
4.
Masa dewasa awal:
·
Memilih pasangan.
·
Belajar hidup dengan pasangan.
·
Memulai hidup dengan pasangan.
·
Memelihara anak.
·
Mengelola rumah tangga.
·
Memulai bekerja.
·
Mengambil tanggung jawab sebagai
warga Negara.
·
Menemukan suatu kelompok yang
serasi.
Dari
berbagai sumber, berikut ini juga dikemukakan tugas-tugas perkembangan anak
sejak usia prasekolah sampai dengan sekolah menengah atas. Pemahaman ini
penting bagi guru dalam rangka memberikan layanan pembelajaran dan bimbingan
konseling/karier.
1.
Masa usia prasekolah:
·
Menggunakan fungsi-fungsi biologis
untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya.
·
Masa belajar pada tahun pertama
dalam kehidupan individu atau masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai
sumber kenikmatan dan merupakan alat untuk melakukan eksplorasi dan belajar.
·
Belajar berjalan sehingga anak
belajar menguasai ruang, mulai dari yang paling dekat sampai dengan ruang yang
jauh.
·
Pembiasaan terhadap kebersihan.
·
Mengendalikan impuls-impuls atau
dorongan-dorongan yang dating dari dalam dirinya.
·
Perkembangan rasa keindahan.
·
Bereksplorasi dan belajar melalui
panca indera, karena penginderaan masih sangat peka.
2.
Masa usia sekolah dasar:
·
Adanya korelasi positif yang tinggi
antara keadaan jasmani dengan prestasi.
·
Sikap tunduk kepada
peraturan-peraturan permainan tradisional.
·
Adanya kecenderungan memuji diri
sendiri.
·
Membandingkan dirinya dengan anak
yang lain.
·
Apabila tidak dapat menyelesaikan
suatu soal, maka soal itu dianggap tidak penting.
·
Pada masa ini (terutama usia 6-8
tahun) anak menghendaki nilai angka rapor yang baik, tanpa mengingat apakah
prestasinya memang pantas diberi nilai baik atau tidak.
·
Minat terhadap kehidupan praktis
sehari-hari yang konkret.
·
Amat realistik, rasa ingin tahu dan
ingin belajar.
·
Menjelang akhir masa ini telah ada
minat kepada hal-hal atau mata pelajaran khusus sebagai mulai menonjolnya
bakat-bakat khusus.
·
Sampai usia 11 tahun anak
membutuhkan guru atau orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan
memenuhi keinginannya. Selepas usia ini pada umumnya anak menghadapi
tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya.
·
Pada usia ini anak memandang nilai
(angka rapor) sebagai ukuran tepat mengenai prestasi sekolahnya.
·
Gemar membentuk kelompok sebaya
untuk bermain bersama. Dalam permainan itu mereka tidak terikat lagi dengan
aturan permainan tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan
sendiri.
3.
Tingkat SMP (Depdiknas, 2003):
·
Mencapai perkembangan diri sebagai
remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Mempersiapkan diri, menerima dan
bersikap positif serta dinamis terhadap perubahan fisik dan psikis yang terjadi
pada diri sendiri untuk kehidupan yang
sehat.
·
Mencapai pola hubungan yang baik
dengan teman sebaya dalam peranannya sebagai pria atau wanita.
·
Memantapkan nilai dan cara
bertingkah laku yang dapat diterima dlam kehidupan sosial yang lebih luas.
·
Mengenal kemampuan bakat dan minat
serta arah kecenderungan karier dan apresiasi seni.
·
Mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan sesuai dengan kebutuhannya untuk mengikuti dan melanjutkan
pelajaran dan atau mempersiapkan karier serta berperan dalam kehidupan
masyarakat.
·
Mengenal gambaran dan sikap tentang
kehidupan mandiri secara emosional, sosial, dan ekonomi.
·
Mengenal sistem etika dan
nilai-nilai sebagai pedoman hidup sebagai pribadi, anggota masyarakat dan minat
manusia.
4.
Tingkat SMA/Sederajat (Depdiknas,
2003):
·
Mencapai kematangan dalam beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
·
Mencapai kematangan dalam hubungan
teman sebaya, serta kematangan dalam perannya sebagai pria dan wanita.
·
Mencapai kematangan pertumbuhan
jasmaniah yang sehat.
·
Mengembangkan penguasaan ilmu,
teknologi, dan kesenian sesuai dengan program kurikulum, persiapan karir dan
melanjutkan pendidikan tinggi serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang
lebih luas.
·
Mencapai kematangan dalam pilihan
karir.
·
Mencapai kematangan gambaran dan
sikap tentang kehidupan mandiri secara emosional, sosial, intelektual, dan
ekonomi.
·
Mencapai kematangan gambaran dan
sikap tentang berkehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
·
Mengembangkan kemampuan komunikasi
sosial dan intelektual serta apresiasi seni.
·
Mencapai kematangan dalam sistem
etika dan nilai.
DAFTAR PUSTAKA
Danim,
Sudarwan. 2011. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfabeta.
Hurlock, E.B.
1991. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Havighurts,
R.J. 1953. Development Taks and Education.New York: David Mckay.
0 komentar:
Posting Komentar