Pemberdayaan SDM
1. Pengertian
Pemberdayaan
Pemberdayaan berasal dari kata
“daya” yang berarti tenaga, kekuatan, kemampuan. Sedangkan meurut Merriam
Webster dan Oxford English Dictionery (dalam Dewanto Jati, 2012:8) pemberdayaan
atau ”empower” mengandung dua arti.
Pengertian pertama adalah to give power
of authority dan pengertian kedua berarti to give ability to or enable. Dalam pengertian pertama diartikan
sebagai memberi kekuasaan, mengalihkan kekuasaan, atau mendelegasikan otoritas
ke pihak lain. Sedangkan, dalam pengertian kedua, diartikan sebagai upaya untuk
memberikan kemampuan atau keberdayaan.
Pada intinya pemberdayaan adalah
membantu klien untuk memperoleh daya untuk mengambil keputusan dan menentukan
tindakan yang akan dilakukan terkait dengan diri mereka termasuk mengurangi
hambatan pribadi dan sosial. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan dan
rasapercaya diri untuk menggunakan daya yang dimiliki antara lain dengan
transfer daya dari lingkunganya. (Onny S. Prijono dan A.M.W Pranaka, dalam
Dewanto Jati 2012:9)
Sedangkan menurut Riniwati pemberdayaan (empowerment) adalah suatu proses
yang memberikan otonomi dan pengambilan keputusan lebih besar kepada pekerja
dalam segala faktor yang mempengaruhi hasil kerja. Selain itu, berdasar asal
katanya pemberdayaan (empowerment)
dan memberdayakan (empower) menurut
Rasyad dan Suparna (2003:43) berarti member kekuasaan, mengalihakan kekuatan
atau mendelegasikan otoritas ke pihak lain dan sebagai upaya untuk member
kemampuan atau keberdayaan. Pemberdayaan juga bermakna pemberian kekuasaan dan
wewenang kepada si miskin untuk bertindak yang lebih besar, membebaskan
seseorang dari kendali yang kaku dan memberikan pada orang tersebut kebebasan
untuk bertanggung jawab terhadap ide, keputusan dan tindaannya, bukan sekedar
memberi kesempatan rakyat untuk menggunakan sumber daya alam dan dana
pembangunan, akan tetapi merupakan upaya untuk mendorong rakyat mencari cara
menciptakan kebebasan dari struktur-struktur opresif yang selama ini
menekannya.
Menurut Rasyad dan Suparna (2003:43)
pada hakikatnya inti dari pemberdayaan berada pada diri manusia dan faktor luar
diri manusia hanyalah berfungsi sebagai stimulus, perangsang munculnya
semangat, rasa atau dorongan pada manusia untuk memberdayakan dirinya sendiri,
untuk mengendalikan dirinya sendiri, serta untuk mengembangkan dirinya sendiri
berdasarkan potensi yang dimiliki.
Dapat disimulkan dari pengertian diatas
pemberdayaan adalah suatu proses membantu orang lain untuk mengambil keputusan
atau membuat tindakan untuk diri mereka atau organisasi sesuai kemampuan mereka
dalam segala faktor untuk mempengaruhi hasil kerja.
Berdasarkan
hakekat pemberdayaan, sesungguhnya pemberdayaan sangat berhubungan dengan
pengembangan diri manusia yang mana manusia tersebut telah menjadi SDM pada
sebuah organisasi. Jadi, kata pemberdayaan tak dapat lepas dari kata
pengembangan, karena ketika kita memberdayakan seseorang maka, orang tersebut
akan terpancing untuk mengembangkan dirinya sendiri melalui penciptaan ide,
pembuatan keputusan dan tindakannya sendiri sehingga dapat mempengaruhi hasil
kinerja SDM dalam sebuah organisasi yang diikutinya.
Berdasarkan
Indro (dalam Rasyad dan Suparna, 2003:45) terhadap proses perberdayaan,
ditemukan adanya pendekatan pengembangan dan pemberdayaan yang:
a.
Konvensional yang memiliki cirri-ciri antara lain (1) kurang demkratis,
(2) bersifat menolong dari atas ke bawah (top
down), (3) tidak partisipati, (4) bersifat makro, (5) kurang menyentuh
persoalan mikro, (6) tidak berorientasi pada perubahan masyarakat yang sesuai
dengan hakikat manusia yang selalu berubah (7) cenderung membenarkan dan
mengesahkan keadaan yang dianggap udah mapan, (8) memisahkan kelompok elit dan
massa, (9) memisahkan yang memerintah dan diperintah, (10) orietasi dari luar
bersifat memaksa, (11) cenderung bersifat teoretis, dalam arti membedakan teori
dan praktik, cenderung menolak inisiatif dari anggota pokmas yang
dilatarbelakangi oleh kedudukan perguruan tinggi sebagai menara gading dan
kesombongan golongan terdidik yang sok pandai dan masyarakat dampingan yang bodoh,
dan (12) bebas nilai, tidak kritis dan tidak memihak. Pengembangan masyarakat
seperti ini sering disebut sebagai rekayasa sosial.
b.
Modern yang cirri-cirinya adalah sebagai berikut: 1) pihak luar berfungsi
sbagai fasilitator atau katalisator berlangsung proses pemberdayaan, 2)
kegiatan berdasarkan kebutuhan kelompok dampingan, 3) kegiatan berdasarkan
kemampuan dan potensi kelompok dampingan, 4) kegiatan direncanakan,
dilaksanakan dan dinikmati oleh kelompok dampingan, dan 5) kegiatan dievaluasi
oleh kelompok dampingan.
2.
Tahap Pemberdayaan
Tahap-tahap
yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:
1)
Tahap penyadaran dan pembentukan
perilaku menuju perilaku sadar dan peduli sehingga merasa membutuhkan
peningkatan kapasitas diri.
2)
Tahap transformasi kemampuan berupa
wawasan pengetahuan, kecakapan keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan
keterampilan dasar sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.
3)
Tahap peningkatan intelektual,
kecakapan keterampilan sehingga terbentuklah inisiatifdan kemampuan inovatif
untuk mehantarkan pada kemandirian. (Ambar Teguh S, dalam Dewanto Jati,
2012:11-12)
Dalam pemberdayaan, tentunya ada
cara atau strategi yang dapat digunakan untuk menjalankannya, yakni strategi
kooperatif dan stratego non-kooperatif. Dasar pemikiran yang melandasi strategi
kooperatif adalah bahwa dengan dialog dan argument yang kuat pendamping dapat
mempengaruhi pengambilan kebijakan untuk membuat kebijakan-kebijakan yang
memihak rakyat. Dasar yang melandasi strategi non-kooperatif pada umumnya karena
tidak ada tanda-tanda bahwa penindas akan berbuat baik. Bentuk kegiatan untuk
strategi ini misalnya adalah dengan demonstrasi, unjuk rasa, boikot, dan
pemogokan (Rasyad dan Suparna, 2003:47-48).
3.
Pemberdayaan
SDM dalam Pendidikan
Dari langkah serta strategi yang
digunakan dalam pemberdayaan juga dapat diterapkan dalam pemberdayaan SDM dalam
sebuah Instansi Pendidikan. Namun, pemberdayaan dalam suatu sekolah tidaklah
seintensif di dalam masyarakat. Kepala sekolah merupakan pihak penyelenggara
pemberdayaan para guru dan karyawan yang kurang optimal dalam bekerja.
Langkah yang dapat dilakukan dalam
pemberdayaan SDM di sekolah berdasarkan langkah-langkah pemberdayaan diatas
adalah sebagai berikut:
1)
Tahap penyadaran, tahap ini dapat
dilakukan oleh Kepala Sekolah melalui evaluasi dalam rapat maupun evaluasi
setelah dilakukannya supervisi guru. Hal ini dilakukan dengan cara memberikan
masukan dan bimbingan. Sesuai dengan pernyataan Ibu Suparmi dalam wawancara non
formal (Silvya, 6/09) “untuk menyadarkan pegawai yang malas, tentunya ya
ditegur, diingatkan kalau salah, disarankan bagaimana baiknya”.
2)
Tahap peningkatan kemampuan, dapat
dilakukan dengan mengikutkan pegawai dalam pelatihan-pelatihan, misalnya
Penataran, workshop pendidikan dan sebagainya, yang mana kegiatan ini dapat
memunculkan pengetahuan baru atau memperjelas pengetahuan yang telah di dapat
sehingga dapat turut berkontribusi memecahkan masalah maupun membuat program
peningkatan kualitas sekolah.
3)
Tahap peningkatan intelegensi,
tahap ini mengharapkan pegawai dapan memiliki kecakapan keterampilan sehingga
dapat memunculkan inisiatif mereka dan membangun kemandirian dalam mengatasi
masalah. Hal ini dapat dilakukan dengan peningkatan tingkat pendidikan,
misalnya guru yang masih D3 diajukan untuk mendapat pembiayaan kuliah S1.
4.
Pengembangan
sebagai Wujud Pemberdayaan
Pengembangan adalah salah satu cara agar pegawai dapat
diberdayakan. Karena ketika karyawan mau dan telah berkembang, ia akan mudah
untuk diarahkan dan dibimbing sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.
Strategi pengembangan SDM yang
dilakukan menurut Antariksa adalah :
a.
Memberi
kesempatan kepada karyawan untuk menyalurkan ide dan gagasan. Karyawan juga
butuh dihargai dengan menyediakan tempat untuk mencurahkan semua ide dan
gagasan yang mereka punya. Tidak dipungkiri bahwa karyawan juga memiliki ide
dan gagasan yang lebih fresh dan lebih potensial. Dengan memberikan kesempatan
kepada karyawan untuk menyalurkan ide mereka, berarti membiarkan karyawan
tersebut berkembang dan mengembangkan potensi yang mereka miliki. Hilangkan
sikap otoriter yang tidak ingin mendengarkan ide, gagasan ataupun saran dari
karyawannya karena hal tersebut hanya akan membuat karyawan menjadi tidak
berkembang dan kurang produktif serta membentuk karyawan sebagai sebuah mesin
untuk bekerja.
b.
Memberi
penghargaan kepada karyawan merupakan salah satu strategi pengembangan SDM,
mengapa? Karena pemberian penghargaan merupakan satu bentuk apresiasi yang
diberikan oleh perusahaan kepada karyawannya. Dengan adanya pemberian
penghargaan kepada karyawan berprestasi, hal tersebut akan membuat karyawan
lainnya termotivasi untuk dapat menjadi lebih baik. Hal tersebut akan memberi
kontribusi besar terhadap perusahaan dalam mengembangkan perusahaannya.
c.
Mengadakan
pelatihan, dilakukan bukan semata-mata untuk pribadi karyawannya saja, namun
juga perusahaannya. Perusahaan tidak akan berkembang tanpa karyawan yang
memiliki keterampilan dan minat kerja yang tinggi. Dengan adanya pelatihan,
diharapkan mampu menggali potensi para karyawan dan mengembangkan keterampilan
yang mereka miliki.
Alasan diadakannya pelatihan menurut Siagian
(2002:160) adalah sebagai berikut: 1) menurunnya produktivitas; 2) jika
karyawan atau pegawai sering membuat kesalahan dalam penyelesaian tugas
pekerjaannya, faktor-faktor penyebabnya juga mungkin karena perilaku
disfungsional mungkin pula karena menyangkut kemahiran menyelesaikan tugas; 3)
jika perusahaan menghadapi tantangan baru; 4) apabila karyawan ditempatkan pada
tugas baru; 5) jika manajemen dan para karyawan sendiri merasakan bahwa
pengetahuan, kemahiran, dan keterampilan para karyawan sudah ketinggalan zaman.
Alasan diadakan pelatihan tersebut selalu
bertujuan untuk memberdayakan mereka agar dapat mandiri, terampil, inovatis,
dan berinisiatif dalam menyelesaikan pekerjaan mereka. Jadi, pemberdayaan
adalah proses pengembangan melalui beberapa pelatihan.
5. Partisipasi
Kerja adalah Proses Pemberdayaan
Menurut Keith Davis (dalam
Mangkunegara, 2007:113) mengemukakan bahwa “Participation
is mental and emotional of person in group situations that encourage them to
contribute to group goals and share responbility for them”. (Partisipasi
adalah keterlibatan mental dan emosi pegawai dalam situasi kelompok yang
menggiatkan mereka untuk menyumbang tujuan kelompok serta bertanggung jawab
terhadap hal tersebut). Keuntungan partisipasi kerja adalah sebagai berikut:
a.
Output menjadi lebih tinggi
b.
Kualitas
kerja menjadi lebih baik
c.
Motivasi
kerja meningkat lebih baik baik
d.
Adanya
penerimaan perasaan karena keterlibatan emosi dan mental
e.
Harga
diri pegawai lebih tinggi
f.
Meningkatkan
kepuasan kerja
g.
Meningkatkan
kerjasama
h.
Merendahkan
stress
i.
Keinginan
mencapai tujuan lebih besar
j.
Komunikasi
kerja lebih harmonis
k.
Tingkat
ketidakhadiran lebih rendah
DAFTAR PUSTAKA
Antariksa,
Yodhia. Cara Membuat Strategi
Pengembangan SDM,(Online), (http://pakarkinerja.com/cara-membuat-strategi-pengembangan-sdm/),
diakses 6 September 2015
Dewanto Jati, Nugroho (2012) Pemberdayaan
Pemuda Melalui Proses Rehabilitasi Korban Penyalahgunaan Narkoba Di Lembaga
Panti Sosial Pamardi Putra (Pspp) Yogyakarta. S1 thesis, Universitas Negeri
Yogyakarta.
Mangkunegara, A.
P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia
Perusahaan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Pratama, A. N.
2013. PNS Jangan Makan Gaji Buta!,
(Online), (http://www.kompasiana.com/arganur/pns-jangan-makan-gaji-buta_552ff8816ea8346d798b457f),
diakses 6 September 2015.
Rasyad, A.,
Suparna, B. 2003. Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat. Malang: UM
PRESS
Riniwati, Harsuko. Model
Pemberdayaan Sumberdaya Manusia (SDM) Perusahaan Perikanan Dengan Structural
Equation Modeling (SEM), (Online), (http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34375003/MODEL_PEMBERDAYAAN_SUMBERDAYA_MANUSIA-SEMNAS_BPRSEKP.docx?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1441338719&Signature=rJyp2JOtq2aWWwqG2jTYGziEyTs%3D), diakses 4 September.
Setagu. Remunerasi PNS, (Online),
(http://setagu.net/about), diakses 6 September 2015
Siagian, S.
2002. Kiat Meningkatkan Produktifitas
Kerja. Jakarta: Rineka Cipta
2 komentar:
Dalam permainan poker dan domino 99 online membutuhkan banyak strategi untuk menang,
memanfaatkan kartu bagus, ronde, waktu, taktik mengertak dan menipu lawan anda.
seperti dalam semua varian poker, setiap individu bersaing untuk sejumlah uang atau chip yang diberikan oleh para pemain,
dengan proses pembagian kartu secara acak. (PIN BBM: 7AC8D76B)
Borgata Hotel Casino & Spa Announces a $140 Million
Borgata Hotel Casino & 포천 출장샵 Spa Announces 영주 출장샵 a $140 Million 상주 출장마사지 in partnership with a consortium of leading hospitality companies including Caesars 문경 출장샵 Entertainment, 청주 출장샵 MGM Resorts
Posting Komentar